"Dok, saya menjadi sangat tidak menikmati hubungan intim dengan istri, sejak dia melahirkan. Sekarang, vaginanya terasa sangat becek, longgar, nyaris tanpa cepitan. Karena tak lagi merasa nikmat, saya acap ogah meski istri meminta. Padahal, dulu tidak begitu, vaginanya terasa kering dan kesat, nikmat," keluh seorang suami pada dokter seksnya.
Salah satu kemungkinan lain dari penyebab kaum pria mengeluh seperti itu, adanya mitos tentang vagina kering yang lebih memuaskan daripada yang terlalu basah. Parahnya, mitos ini dipegang teguh baik oleh pria maupun wanita, dan makin berkembang hingga sekarang. Oleh sebab itu, keluhan yang belum tentu benar ini seolah-olah mendapat tempat di hati orang banyak dan memperkuat keberadaannya.
Lebih jauh lagi, dalam hal ini status perempuan hanya ditempatkan sebagai objek seks saja. Maka tidak aneh kalau mereka berusaha dengan berbagai cara agar vagina mereka tidak termasuk dalam kelompok “becek” (basah) itu.
Padahal secara tidak sadar, yang mereka lakukan itu sebenarnya merupakan salah satu bentuk yang menentang reaksi seksual yang terjadi secara normal pada wanita. Karena salah satu reaksi seksual yang terjadi akibat rangsangan seksual pada wanita adalah pelendiran pada dinding vagina. Sehingga dindingnya seolah-olah dilapisi oleh suatu cairan yang licin sekali. Padahal lendir inilah yang justru mempermudah kelancaran hubungan seksual, dan hal ini adalah sesuatu yang normal.
Dinding vagina penuh lendir karena darah pada dinding vagina membendung akibat si wanita merespon rangsangan seksual yang ia dapat dari pasangannya, sehingga mengalami proses transudasi melalui dinding pembuluh darah tersebut. Lalu, komponen cairah dari darah ini merembes keluar dinding pembuluh darah dan membentuk pelendiran vagina.
Sebaliknya, wanita dikatakan belum mendapatkan rangsangan seksual yang cukup sehingga tidak cukup mengalami reaksi seksual, vaginanya kering karena tidak ada pelendiran yang terjadi. Kalau seorang wanita berada dalam posisi seperti ini maka mereka dikatakan belum siap melakukan hubungan seksual, dan kalau dalam keadaan ini hubungan seksual tetap dilakukan, maka yang akan timbul hanyalah rasa sakit dan nyeri, baik dari pihak wanita maupun pasangannya, dan kemungkinan lain lagi yaitu dapat terjadi peradangan vagina.
Apakah mitos yang selama ini beredar luas itu merupakan satu hal yang benar? Anda tentu bisa berpikir sendiri.
Hal ini dimanfaatkan para pedagang untuk memasarkan produk dan ramuan-ramuan untuk mengeringkan vagina, hal ini dilakukan mereka akibat pengaruh mitos bodoh itu. Kalaupun para wanita berhasil membuat kering vagina mereka, ini sebenarnya hanya menyiksa diri sendiri, karena ini adalah satu bentuk hubungan seksual yang tidak normal.
Selain itu, tidak sedikit wanita mengeluh kalau dirinya menderita penyakit keputihan. Karena pasangannya selalu mengeluh kalau vaginanya terlalu basah, padahal belum tentu dirinya mengalami keputihan dalam arti penyakit. Tidak sedikit juga dari gadis-gadis remaja yang mengeluh keputihan, namun tidak semuanya benar-benar mengalami keputihan dalam arti gangguan atau penyakit. Tapi hanyalah pelendiran yang bersifat normal yang terjadi akibat pengaruh hormon seks yang mengatur siklus menstruasi.
Dalam pengertian umum, keputihan selalu diidentikkan dengan penyakit, padahal ini biasa terjadi dalam keadaan normal sekalipun.
Sebenarnya, dalam suatu siklus menstruasi, di antara dua peristiwa menstruasi, terjadi pengeluaran cairan dari mulut rahim melalui dinding vagina. Tapi sifatnya makin hari akan semakin berbeda, dan setelah menstruasi cairan biasanya cenderung kental dan semakin jauh, semakin encer, yang pada akhirnya akan menjadi sangat cair seperti putih telur pada saat subur. Begitu siklusnya dan akan berjalan terus begitu selama keadaan wanita normal.
Tidak sedikit wanita yang mengeluhkan hal ini, dan biasanya akan semakin kuat bila cairan yang keluar semakin banyak. Sebenarnya cairan ini menandakan kesuburan si wanita, yaitu berupa cairan bening seperti putih telur. Bahkan seharusnya, keluarnya cairan tersebut dijadikan pegangan agar pasangan mengetahui kalau Anda dalam keadaan normal dan subur, dan untuk menegaskan kalau ini mempunyai manfaat yang besar, karena dapat digunakan sebagai patokan untuk merencanakan atau menghindari terjadinya kehamilan.
Memang, ada juga keputihan yang tidak normal, yang mengakibatkan penyakit, misalnya jamur dan bakteri. Tapi biasanya disertai dengan gejala-gejala lain, misalnya gatal, berubah warna, atau berbau. Jadi keputihan seperti ini hanyalah suatu gejala dari penyakit yang ada, bukan penyakitnya sendiri.
Namun, hal ini acapkali dihubungkan dengan gangguan kesuburan, yang padahal penyebab utamanya adalah penyakit yang menimbulkan keputihan itu. Keputihan itu sendiri dapat menyebabkan terhambatnya kehamilan, karena perjalanan dan daya tahan hidup sel spermatozoa yang bergerak mencari sel telur untuk dibuahi menjadi terhambat. Karena itu, keputihan yang tidak normal seperti ini harus diatasi sesegera mungkin agar tidak memburuk.
Sebenarnya kedua jenis keputihan - baik yang normal maupun yang tidak, bisa dibedakan -- terutama oleh wanita itu sendiri. Yang tidak normal, seperti dikatakan sebelumnya, disertai gejala lain yang tergantung pada penyebabnya. Beberapa gejala itu di antaranya adalah, rasa gatal, bau yang mengganggu, perubahan warna cairan. Sedangkan keputihan normal terjadi tidak disertai gejala lain, tapi hanya mengikuti siklus menstruasi, dan pada umumnya akan hilang sendiri.
Memang, untuk membedakannya diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, terutama pemeriksaan laboratorium. Setelah itu, barulah dapat diberikan pengobatan yang tepat.
Maka, jangan terpengaruh oleh mitos kalau wanita harus kering. Mungkin keputihan tidak normal tadi disebabkan karena infeksi akibat si wanita berusaha mengeringkan vaginanya untuk memenuhi permintaan pasangannya. Bau yang mengganggu akibat keputihan disebabkan karena suatu penyakit, dan bila terjadi pada pria dapat menyebabkan disfungsi ereksi, karena terhambat secara psikologis.
Untuk melenyapkan semua keluhan-keluhan tidak benar ini, maka diperlukan sekali saling pengertian antara pria dan wanita mengenai reaksi seksual akibat pengaruh hormon seks yang mengikuti siklus menstruasi setiap bulannya.
Dengan pengertian yang benar pula dapat dicegah akibat yang seharusnya tidak terjadi, karena anggapan yang salah tentang wanita yang terlalu banyak mengeluarkan cairan dan keputihan. Lebih jauh lagi, dengan pengertian yang benar, maka upaya yang tidak perlu untuk mengeringkan vagina dan keputihan itu tidak akan terjadi.
0 ulasan:
Catat Ulasan